Tuesday, December 5, 2017

Menuju Tren Ekonomi "Digital Lifestyle", Sudah Siapkah Kita? | PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA


PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA –  JAKARTA – "Pola konsumsi masyarakat sekarang sudah bergeser, dari belanja barang ke belanja pengalaman, wisata, hiburan,"- Presiden Jokowi, dalam acara Kompas 100 CEO Forum di Raffles Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (29/11/2017).
Beberapa waktu lalu media massa ramai memberitakan tutupnya toko-toko ritel, khususnya di Ibukota. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari perusahaan kolaps sampai penjualan tak mencapai target. Minggu (3/12/2017) lalu, salah satu outlet ritel di mal kawasan Jakarta Barat resmi ditutup. Saya pribadi cukup sedih mendengar kabar berita tersebut karena di gerai inilah biasanya saya membeli pakaian baru jelang hari raya seperti natal atau imlek.
Kebetulan hari Minggu (3/12/2017) kemarin saya juga mengunjungi salah satu mal di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Di salah satu gerai, saya melihat pakaian yang dijual dengan harga paling murah Rp 65.000! Seriously? 65 rebet? Dulu, harga pakaian di mal minimal seratus ribu rupiah ke atas. Mengapa sekarang banyak gerai yang "banting harga" bahkan sampai menulis harga jual besar-besar agar dilihat oleh pengunjung.
Benarkah sektor ritel mulai lesu? Apakah e-commerce dan belanja online menjadi penyebab menurunnya daya saing penjualan ritel? Ataukah karena perubahan konsumsi masyarakat, seperti yang sempat disinggung oleh presiden kita?
***
Dalam pembukaan acara Kompas 100 CEO Forum, selain memaparkan kemajuan di bidang ekonomi yang telah dicapai, Jokowi juga menyinggung perubahan pola konsumsi masyarakat, khususnya kalangan menengah.
"Sekarang di media sosial menentukan status bergengsi bukan lagi barang mewah. Yang menentukan status buat orang bergengsi adalah pengalaman, petualangan yang di-upload. Orang sekarang ke mana-mana yang penting selfie, wefie," imbuh mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Jokowi menyebut, pariwisata dan lifestyle adalah salah dua peluang bisnis terbesar saat ini. Perkembangan teknologi dan globalisasi di era media sosial membentuk tren ekonomi digital lifestyle di mana membeli pengalaman, petualangan dan kenang-kenangan mengalahkan barang bermerek. Lalu, apakah kita sudah siap menuju ekonomi digital lifestyle dan bukan hanya sebatas sebagai konsumen saja.
***
Sebagai generasi millenial, saya merasakan dampak langsung dari perubahan ekonomi digital ini. Kalau dulu makan di restoran harus jalan jauh, kini tinggal satu klik di smartphone, makanan akan diantar lewat jasa layanan transportasi online. Bila dulu banyak orang berlomba-lomba "pamer" gaya hidup dengan nongkrong di mal atau kafe, kini mereka pamer momen liburan di destinasi cantik di dalam atau di luar negeri.
Jika dulu belanja harus window shopping dari satu toko ke toko lain untuk sekedar mengecek kualitas suatu barang atau perbandingan harga, sekarang kita hanya perlu mengakses situs jual beli online dan mencarinya dengan mudah tanpa harus buang-buang waktu dan tenaga. Mau tak mau, perkembangan teknologi memang membuat pola konsumsi masyarakat kian bergeser ke arah gaya hidup digital.
Masih segar dalam ingatan kala transportasi online mulai masif, para pelaku usaha transportasi konvensional melakukan protes keras. Saat itu para pengemudi ojek online diancam oleh ojek pangkalan, atau ketika ratusan sopir taksi melakukan tindakan anarkis terhadap pengemudi taksi online. Pada akhirnya, para pelaku usaha transportasi konvensional tersebut ada yang gulung tikar, ada pula yang "berdamai" dan bergabung dengan jasa transportasi online.
Baru-baru ini, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengeluhkan kemunculan layanan hotel berbasis digital atau hotel online agent. Selain tidak memiliki regulasi dan tak terdeteksi pajak, hotel online juga dianggap mematikan bisnis hotel konvensional. 
Sejatinya, layanan akomodasi non-hotel ini sudah familiar di negeri seberang, bahkan berkembang pesat di beberapa negara maju karena memberikan pilihan akomodasi dengan harga kompetitif. Sayangnya, perubahan ekonomi digital ini belum siap diterima oleh masyarakat, khususnya para pelaku usaha.
Dalam dunia dagang atau bisnis, kita mengenal prinsip "Pembeli adalah raja". Jadi, jangan salahkan bila para raja yang kita layani kini sudah lebih modern dan canggih. Bila para konsumen cenderung mengikuti gaya hidup digital dalam kesehariannya (termasuk transaksi jual beli), kita juga harus mengikuti pola konsumtif (lifestyledan travel) tersebut agar tetap survive. Misalnya membuka bisnis kuliner kekinian (seperti martabak topping variatif atau indomie ropang yang naik kelas), jasa tur, sewa transportasi atau akomodasi online, penyewaan alat camping, dll.
Perkembangan tren ekonomi lifestyle juga turut merubah label pekerjaan yang kini bukan duduk diam di kantor saja. Di era digital, kita jamak menemui profesi seperti food blogger, food reviewer, travel blogger, buzzer, influencer, dll. Bila pekerjaan ini hanya untuk individu, patut ditunggu bagaimana para pemain besar akan mengikuti perkembangan pasar dan perubahan zaman now.
Zaman memang cepat berubah dan perubahan ini juga memaksa kita untuk beradaptasi dengan cepat. Tren ekonomi digital akan berkembang pesat dalam beberapa tahun ke depan. Pola konsumsi masyarakat juga akan terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pertanyaannya, apakah kita sudah siap akan perubahan tersebut?
Baca Juga D :
PT RIFAN FINANCINDO | Penipuan Berkedok Perdagangan Berjangka Komoditi Marak di Indonesia
PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Rifan Financindo Berjangka Gelar Sosialisasi Cerdas Berinvestasi
PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA (PALEMBANG) | PT Rifan Financindo Berjangka Buka Workshop Apa Itu Perusahaan Pialang, Masyarakat Harus Tahu
RIFAN FINANCINDO | Kerja Sama dengan USU, Rifan Financindo Siapkan Investor Masa Depan
PT RIFAN | Pialang Berjangka PT Rifan Bidik 200 Investor Baru di Semarang
RIFANFINANCINDO | Rifan Financindo Intensifkan Edukasi
RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Rifan Financindo Berjangka Incar Kenaikan Nasabah 53% di Jawa Tengah
RIFAN | Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai
PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA PEKANBARU | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka PT. RFB
PT. RIFAN | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan
RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras
PT. RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya
PT RIFANFINANCINDO | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun
PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop
PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK

Sumber: kompasiana
Akb – rifanfinancindo


PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | PUSAT Headunit

No comments:

Post a Comment